Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup sendirian. Karena dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya, pasti ia tidak bisa berdiri sendiri. Membutuhkan pada yang lain adalah termasuk sifat dasar manusia. Sebab manusia adalah makhluk ( sesuatu yang diciptakan oleh Allah ), makanya ia akan memerlukan bantuan dari lainnya. Berbeda dengan Allah, sebagai Sang Khaliq ( pencipta ), Ia tidak membutuhkan pada yang lain. Ia berdiri sendiri. Dan Allah itu tidak ada sesuatu yang menyerupainya.
Diantara tanda makhluk sosial adalah ia akan bergaul pada orang lain. Orang lain ini biasanya ada yang dinamakan dengan teman. Dalam bergaul, kita dianjurkan untuk lebih selektif. Sebab, teman itu bagaikan lingkungan yang terbentuk bersama kita. Hal ini sedikit banyak pasti akan memperangaruhi perilaku kita sebagai manusia. Maka untuk itu memilih teman harus hati-hati, supaya kita bisa menjadi manusia yang baik. Baik dalam pandangan Allah maupun dalam pandangan manusia lain.
Namun demikian kita juga dilarang untuk curiga atau berburuk sangka kepada orang yang kelihatan dhahirnya jelek, berpenampilan preman, atau berperilaku buruk sekalipun. Sebab kita tidak tahu, siapa ia sebenarnya. Atau juga, sekarang ia jadi orang jahat, tapi siapa yang tahu nanti ia akan jadi orang baik. Bahkan akan lebih berjasa buat kita, dan kita akan selalu membutuhkannya. Kalau semua orang selalu menjauh kepada para penjahat ( orang jahat/jelek ), lalu siapa nanti yang akan mengajak dia untuk membimbing ke jalan Allah. Kalau semuanya acuh tak acuh, tak mau memperdulikan kepada pihak lain yang jelek, maka siapa yang akan bertanggung jawab?
Untuk menengahi hal di atas, kita harus bisa introspeksi diri. Sebesar apa kemampuan dan daya benteng kita. Kalau bergaul kepada orang baik itu jelas baik, dan malah bisa mengajak kita untuk meningkatkan perlombaan dalam hal kebaikan. Sedangkan bergaul kepada orang jahat itu boleh saja asal kita bisa membentengi diri kita agar tidak ikut terbawa dalam perilaku jahat.
Di bawah ini, kami akan membahas tentang teman yang baik dan sejati itu bagaimana?
Dalam perbendaharaan bahasa Arab, kata pertemanan itu sama atau diartikan dengan:
- Shahabat, yang berarti orang yang selalu menemani. Dimana pun ia berada, pasti seorang teman akan ada di sampingnya.
- Shodiq, berarti orang yang selalu mengatakan benar dari apa yang dilakukan oleh temannya. Shodiq, juga bisa diartikan orang yang mengatakan apa adanya ( jujur ), dan mau membela temannya bila dikatakan tidak sesuai dengan kenyataan.
- Zamil, mempunyai arti orang yang menyelimuti temannya. Maksud dari selimut di sini adalah bisa menutupi kekurangan dari temannya, dan juga bisa dikandung maksud bisa menjadi penghangat / pelindung dari gangguan pihak luar.
Jadi, bila pertemanan itu diartikan makna dari kata bahasa Arab yang pertama ( shahabat ), maka ia harus selalu menemani, kapan dan dimana pun saja. Teman yang sejati berarti ia akan selalu ada mendampingi kita tatkala kita sedang jaya, sukses, dan kaya. Bahkan di saat kita sedang keadaan terpuruk atau jatuh miskin, ia akan tetap akan menemani kita, untuk menghibur kita hingga bisa bangkit kembali.
Jika yang dikehendaki makna yang kedua ( shodiq ) yang berarti jujur yang bisa dipercaya. Maksudnya adalah sesorang harus lebih percaya kepada temannya sendiri daripada percaya kepada pihak lain. Karena ia lebih kenal dan tahu siapa sebenarnya temannya itu, daripada pihak lain. Teman adalah orang yang selalu membela diri kita tatkala diri kita sedang dicaci, dicerca dan disakiti. Bukan malah mengkhianatinya. Ia akan selalu hadir untuk melindungi kita di saat kita membutuhkannya, tanpa harus memintanya terlebih dahulu untuk dilindungi.
Jikalau yang dimaksud dengan makna yang ketiga ( zamil ) artinya menyelimuti, maka ia harus bisa menjadi teman yang hangat dan bisa mengisi dari kegalauan dan kekosongan. Ia bisa menghangatkan dan menghidupkan suasana. Diantara fungsi selimut adalah untuk menutupi. Berarti teman adalah orang yang bisa menutupi kekurangan dan aib kita. Ia bisa memendam dalam-dalam cacat kita. Bukan teman sejati jika ia telah membuka aib kita di muka umum.
Dari ketiga makna di atas, maka bisa disatukan sifat-sifat yang dikandungnya pada seorang teman atau pertemanan. Jadi, pertemanan itu bisa dikatakan selalu bersama, walau hanya dalam pikiran, tidak dalam wujud. Atau juga tidak selalu bersama dalam wujud, namun harus tetap ada kebersamaan, baik dalam tekad, semangat, maupun tujuan. Teman sejati adalah orang yang siap selalu menemani dalam segala keadaan, mempercayai dan membela, serta menutupi dan melindungi kita. Semoga kita segera mendapatkan teman sejati. Amin.
Oleh: Moh. Ansori, Lc., MHI
